GenerasiNusa.com; Partai Amanat Nasional (PAN) sudah memutuskan mengusung Zumi Laza - Muhammad Aris di Pilkada bupati Tanjung Jabung Timur. Dengan kekuatan 50 persen kursi DPRD, PAN sepertinya cukup percaya diri mengusung kader sendiri tanpa koalisi partai lain.
Komposisi parpol di luar PAN yang juga berjumlah 50 persen atau 15 kursi membuat pengusungan kandidat dimungkinkan untuk dua pasang lagi.
Namun melihat konstelasi terkini, kecenderungan pertarungan head to head lebih dimungkinkan. Pasalnya peta koalisi untuk terbentuknya dua atau tiga poros bergantung pada komposisi koalisi yang dibentuk.
Semisal Nasdem yang sudah mengusung Dilla Hikmah Sari berkoalisi dengan Golkar dan PDIP, maka sisa koalisi tinggal Gerindra bersama tiga parpol pemilik satu kursi yakni PKB, Demokrat dan PKS. Jika satu saja partai itu ikut bergabung ke Dilla Hich maka dipastikan poros ketiga tidak lagi bisa terwujud.
Menurut Nasroel Yasier, salah seorang pendiri PAN Provinsi Jambi, Pilkada Tanjabtim kali ini sangat menarik dan menjadi penentu perubahan fundamental demokrasi di Tanjabtim. Pasalnya, PAN sudah mendominasi kekuatan politik di daerah itu sejak dua dekade lalu.
Nasroel mantan wartawan ini mengungkap bahwa dominasi PAN di Tanjabtim sudah berlangsung sejak pemilu 2004. Saat itu PAN menjelma merebut kantung - kantung Golkar. Dari dua kursi PAN kemudian melesat jadi 13 kursi. Menyalip Golkar yang sebelumnya 15 kursi tersisa hanya tujuh kursi.
Kekuatan PAN kian mantap di pemilu - pemilu berikutnya. Sejumlah partai bahkan sempat hilang timbul di DPRD Tanjabtim. Dominasi kekuasaan PAN terus membesar hingga puncaknya di pemilu 2019 dengan 17 kursi.
Hal itu bisa terjadi karena bersatunya kekuatan mayoritas legislatif dan eksekutif sebagai penopang PAN. Semua perangkat mulai birokrat kabupaten, kecamatan hingga desa di bawah di refresentasikan sebagai wujud lain PAN.
Namun kini semua berubah. Mesin - mesin penggerak PAN itu sudah berputar arah. Birokrasi baik di kabupaten, di kecamatan maupun para kades yang mengendalikan desa tak lagi dikuasai PAN. Mereka memilih berdiri bersama Romi Hariyanto, ketua DPD PAN sekaligus bupati Tanjabtim yang tak didukung PAN dalam kontestasi Pilkada gubernur Jambi. PAN melabuhkan dukungannya kepada Alharis - Abdullah Sani.
Jauh sebelum PAN membuat keputusan pencalonan Pilbup Tanjabtim 2024, Romi sudah menyatakan dukungannya kepada Dillah Hikmah Sari, putri Abdullah Hich Bupati Tanjabtim dua periode. Sikap Romi itu kemudian tak hanya diikuti oleh jajaran birokrat dari kabupaten hingga Kecamatan dan desa, tetapi juga diikuti oleh pengurus PAN di kecamatan dan desa. Puncaknya, delapan DPC dan 83 DPRt menyatakan dukungan tertulis kepada Dilla Hich, pekan lalu.
Melihat peta dukungan itu, pilbup Tanjabtim 2024 sangat mungkin menjadi momentum berakhirnya dominasi dua dekade kekuasaan PAN di Bumi Sepucuk Nipah Serumpun Nibung.
“Jika parpol di luar PAN kompak melawan dan menang, maka bisa dipastikan kejayaan PAN di Tanjabtim akan berakhir dan pemilu 2029 akan menghidupkan kembali demokrasi yang berimbang,” jelas Ketua Komisi Advokasi ( KAD) Provinsi Jambi mitra KPK ini.
Peluang untuk mengalahkan PAN di Pilkada kali ini sangat terbuka. Selain pecahnya kekuatan PAN pasca ditinggal Romi dan mayoritas pengurusnya, kekuatan politik di luar PAN kebetulan juga 50 persen. “Jika ditambah dengan larinya sejumlah kekuatan PAN ke poros pendukung Dilla Hich maka bisa dipastikan jagoan PAN akan tumbang kali ini,” jelasnya
“Asal seluruh kekuatan Dilla Hich yang besar itu efektif bergabung dengan kekuatan Romi yang selama ini juga mendominasi di semua lini,” imbuhnya.
Nasroel menyebut bahwa soliditas kades, camat dan para tokoh pendukung Romi dan Dilla menjadi faktor yang sangat menentukan. Apalagi jika partai pengusung Romi di pilgub Jambi bisa simetris dengan parpol pengusung Dilla Hich di Pilkada Tanjabtim. (Tim/GN)